Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus melakukan pilihan.
Pilihan tersebut harus dilakukan agar pemenuhan kebutuhan dapat mencapai
utilitas yang maksimal. Setiap orang berbeda dalam menentukan
pilihannya. Sebagai contoh, apakah Anda akan sarapan pagi dengan makan
nasi atau makan roti? Setelah sarapan pagi, apakah Anda akan minum teh,
kopi, susu, atau air putih? Pengambilan keputusan atas berbagai pilihan
yang ada akan membentuk pola perilaku konsumen. Dalam teori perilaku
konsumen, ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu sebagai berikut.
1. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Pendekatan utilitas kardinal menyatakan bahwa utilitas dapat diukur
secara langsung melalui angka-angka. Oleh karena itu, pendekatan ini
disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach).
Kata utilitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu utility. Utilitas
memiliki satuan yang disebut util. Utilitas yang diperoleh konsumen
dalam mengonsumsi dapat berupa utilitas total (total utility) dan
utilitas marjinal (marginal utility). Teori utilitas menyatakan utilitas
barang dan jasa tertentu tidak bisa diukur dengan skala objektif,
konsumen berwenang dalam memberikan peringkat terhadap beberapa
alternatif yang berbeda.
Dalam pendekatan ini, digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal
Utility (MU). Untuk memahami penerapan pendekatan utilitas kardinal ini,
misalnya setelah berolahraga, Anda akan merasa haus. Untuk
menghilangkan rasa haus tersebut, Anda memutuskan untuk meminum air
dalam gelas. Kali pertama Anda meminum satu gelas air, Anda akan
mendapatkan tingkat utilitas atau utilitas tertentu. Selanjutnya, Anda
meminum air dalam gelas yang kedua. Dengan mengonsumsi air dalam gelas
kedua, total utilitas Anda akan meningkat karena air dalam gelas kedua
memberikan tambahan utilitas.
Demikian juga, jika Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas
ketiga, nilai total utility akan bertambah karena air dalam gelas ketiga
memberikan tambahan utilitas. Tambahan utilitas ini disebut utilitas
marjinal atau marginal utility . Sejalan dengan hukum utilitas marjinal
yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility),
semakin banyak Anda mengonsumsi air, utilitas tambahan yang diperoleh
dari mengonsumsi air tersebut semakin berkurang. Utilitas marjinal yang
semakin berkurang muncul dari kenyataan bahwa kenikmatan yang
Anda peroleh dari meminum air tersebut akan menurun sejalan dengan makin
banyaknya air yang dikonsumsi. Dengan semakin berkurangnya utilitas
tambahan tersebut, utilitas total akan meningkat dengan laju yang
semakin menurun. Nilai utilitas total akan maksimum pada saat nilai
utilitas marjinal sama dengan nol (MU = 0).
Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas
pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang
berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan
sama-sama disukai (indifference). Misalnya, ada dua barang X dan Y,
konsumen mengatakan X lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X
sama-sama disukai seperti Y (X = Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen
sulit dianalisis.
1.1. Hukum Gossen I
Berdasarkan pola konsumsi manusia dalam mengonsumsi satu jenis barang
untuk mencapai utilitas maksimum, lahirlah Hukum Gossen I yang
dikemukakan oleh Hermann Heinrich Gossen. Pada intinya, hukum ini
menyatakan:
”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara
terus-menerus, utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi,
tetapi setiap tambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan
tambahan utilitas yang semakin kecil.”
Utilitas dari meminum air dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada
saat Anda pertama kali minum, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6
util. Selanjutnya, pada saat Anda meminum air dalam gelas kedua nilai
tingkat utilitas Anda meningkat menjadi 11util. Demikian juga, pada saat
Anda meminum air dalam gelas ketiga nilai tingkat utilitas Anda naik
lagi menjadi 15 util. Selanjutnya, secara berturut-turut untuk gelas
keempat nilai tingkat utilitasnya menjadi 18 util, untuk gelas kelima
nilai tingkat utilitasnya menjadi 20 util, untuk gelas keenam nilai
tingkat utilitasnya adalah 21 util, untuk gelas ketujuh juga nilai
tingkat utilitasnya adalah 21 util. Apabila situasi tersebut digambarkan
dalam tabel akan tampak sebagai berikut.
Tabel 1. Utilitas Total dan Utilitas Marjinal
Jumlah Air yang Dikonsumsi (Gelas)
|
Utilitas Total (dalam Util)
|
Utilitas Marjinal (dalam util)
|
0
1
2
3
4
5
6
7
|
0
6
11
15
18
20
21
21
|
–
6
5
4
3
2
1
0
|
Dari Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total akan naik sejalan dengan
kenaikan konsumsi air, tetapi laju kenaikannya yang semakin menurun.
Tabel 1. juga memperlihatkan bahwa utilitas total dari mengkonsumsi
sejumlah air sama dengan jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh
hingga ke titik tertentu. Coba Anda perhatikan. Pada saat Anda
mengonsumsi 4 gelas air minum, utilitas total adalah 18 util. Jumlah
dari utilitas marjinal hingga Anda mengonsumsi 4 gelas air minum adalah 6
+ 5 + 4 + 3 = 18 util. Jadi, utilitas total adalah jumlah seluruh
utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Jika data
dari Tabel 1. dibuat kurva akan tampak sebagai berikut.
Kurva 1. Utilitas Total dan Utilitas Marjinal |
1.2. Hukum Gossen 2
Tidak dapat dipungkiri, manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas.
Manusia memiliki banyak kebutuhan, mulai kebutuhan yang sangat penting
sampai kebutuhan yang kurang atau tidak penting. Mulai dari kebutuhan
primer sampai kebutuhan yang bersifat tersier. Untuk itu, H.H. Gossen
mengemukakan lagi teorinya, yang dikenal dengan hukum Gossen 2, yang
menyatakan:
“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang
dengan tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut
akan mencapai tingkat optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal
utility (MU) berbanding harga sama untuk semua barang yang
dikonsumsinya.”
Contoh Tabel 1. tersebut menguraikan tentang seorang konsumen yang
memaksimumkan utilitas dari satu barang (air minum) yang dikonsumsinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap konsumen selalu mencoba mencapai
utilitas maksimum dari berbagai jenis barang yang dikonsumsinya.
Seandainya harga setiap barang adalah sama, utilitas akan mencapai
maksimum pada saat utilitas marjinal dari setiap barang adalah sama.
Sebagai contoh, Fatimah mengonsumsi 3 jenis barang yaitu X, Y, dan Z.
Ternyata kuantitas X yang kedua, kuantitas Y yang ketiga, dan kuantitas Z
yang kelima, memberikan utilitas yang sama. Jadi, Fatimah akan mencapai
utilitas maksimum pada saat mengonsumsi dua unit barang X, tiga unit
barang Y, dan lima unit barang Z. Secara ringkas, hal tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
MUX
= MUY = MUZ
Adapun untuk barang yang memiliki harga berbeda berlaku rumus sebagai berikut:
Keterangan:
MUX = marginal utility
barang X
MUY = marginal utility
barang Y
MUZ = marginal utility
barang Z
PX = price (harga)
barang X
PY = price (harga)
barang Y
PZ = price
(harga) barang Z
Sebagai contoh, barang yang dikonsumsi Fatimah memiliki harga yang
berbeda-beda, yaitu barang X harga per unit Rp500,00, barang Y harga per
unit Rp5.000,00, dan harga barang Z harga per unit Rp10.000,00.
Utilitas maksimum akan dicapai oleh Fatimah jika setiap unit barang
memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap rupiah yang
dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X
adalah 5, nilai MU barang Y adalah 50, dan nilai MU barang Z adalah 100.
Dengan demikian, untuk mencapai utilitas maksimum dari berbagai barang
yang dikonsumsi, seseorang harus mengatur konsumsinya sedemikian rupa
sehingga setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk
setiap rupiah yang dibelanjakan.
Tokoh Ekonomi
Hermann Heinrich Gossen Gossen ialah orang yang kali pertama
memperkenalkan hukum tambahan utilitas yang semakin berkurang (the law
of diminishing marginal utility). Gossen hidup pada masa 1810–1858. Pada
1854, beliau menulis karya ilmiah yang berjudul Enwicklung der Gesetze
des Menschlichen Verkers und die Darausfliessenden Regeln fuer
Menschliches Handeln. Karya ilmiah tersebut merupakan pendahulu dari
pemikiran-pemikiran yang dikembangkan oleh para pakar Neo-Klasik. Di
antara pemikiran-pemikiran beliau, terdapat dua pemikiran dasar yang
menonjol, yang dikenal dengan dua hukum Gossen yaitu Hukum Gossen I dan
Hukum Gossen II. (Sumber: Perkembangan Pemikiran Ekonomi, 1991)
2. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
Dewasa ini, para ahli ekonomi menolak gagasan tentang utilitas yang
dapat diukur dengan angka-angka terhadap barang yang dikonsumsi
sehari-hari. Kini telah dikembangkan pendekatan baru untuk menjelaskan
prinsip memaksimumkan utilitas oleh seorang konsumen dengan pendapatan
yang terbatas. Teori ini dikenal dengan teori utilitas ordinal, yang
menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya dapat
dibandingkan. Jadi, menurut teori ini yang berlaku adalah apakah seorang
konsumen lebih menyukai kombinasi barang tertentu daripada kombinasi
barang lainnya. Dalam teori utilitas ordinal digunakan pendekatan kurva
utilitas sama (indifference curve) dan garis anggaran (budget line).
Perbedaan pendekatan Ordinal dan Kardinal
Perbedaan antara pendekatan kardinal dan ordinal adalah:
- Dilihat dari pengertian:
Pendekatan Ordinal:
Pendekatan ini menyebutkan bahwa
tingkat kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang tidak dapat diukur
dengan satu satuan tetapi hanya bisa dibandingkan (tidak dapat
dikuantitatifkan). Dalam pendekatan ordinal, cara membandingkan kepuasan
konsumen dengan menggunakan konsep Pendekatan Kurva Indeferen / IC.
Sedangkan Pendekatan Kardinal
adalah daya guna
dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau
daya guna tergantung kepada subyek yang menilai.
- Dilihat dari asumsi/landasan dasarnya:
A. Pendekatan kardinal , asumsi (landasan) dasarnya:
- Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
- Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.
- Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. ( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun ). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility curva (bentuk kurva miring kebawah). Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
- Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
Asumsi seorang konsumen :
Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal.
Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa
Terdapat kendala anggaran
B. Pendekatan Ordinal
Mendasarkan pada
asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen
dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi
barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul
pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam
model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu
barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan
tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau
kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif
misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.
Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal
asumsi dasar seorang konsumen adalah :
---Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu
merangking kebutuhan yang dimilikinya.
---Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering.
---Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih
sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin
tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
Pendekatan ordinal membutuhkan tolok ukur pembanding yang
disebut dengan indeferent kurve. Kurva Indeferent adalah kurva yang
menggambarkan hubungan antara dua jenis barang di mana konsumen mendapatkan
kepuasan yang sama (indiferen) pada tiap-tiap titik kombinasi kuantitas (Q)
kedua jenis tersebut. Kurva indiferen mengasumsikan bahwa banyak lebih disukai
daripada sedikit. Kurva ini akan cembung dari biasanya
2.1. Kurva Indiferen (Indifference Curve)
Kurva indiferen adalah kurva yang menggambarkan kombinasi beberapa
barang yang sama-sama disukai oleh konsumen, yaitu tidak ada pilihan
untuk satu kombinasi dengan barang lain karena semuanya memiliki tingkat
utilitas yang sama (atau jumlah utilitas yang sama) untuk konsumen.
Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen dapat
memilih kombinasi konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia
memilihnya. Sebagai contoh, Anda diberi kombinasi barang tertentu,
misalnya 10 unit pakaian dan 8 unit buku. Kemudian, Anda diberi beberapa
alternatif pilihan kombinasi barang dengan jumlah yang berbeda,
misalnya 8 unit pakaian dan 10 unit buku.
Jika Anda menilai alternatif yang diberikan yaitu berupa tambahan 2 unit
buku lebih rendah daripada pengurangan 2 unit pakaian, Anda akan
memilih kombinasi barang yang pertama. Anda menilai kedua kombinasi
barang tersebut tidak berbeda atau indifferen. Setelah beberapa
alternatif kombinasi barang diberikan, Anda memperoleh beberapa
kombinasi barang yang Anda anggap indiferen. Dengan kata lain, kombinasi
barang tersebut menurut Anda akan memberikan utilitas yang sama. Setiap
kombinasi barang tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut.
Tabel 2. Pilihan Kombinasi Barang yang Memberikan Utilitas (Utilitas yang Sama)
Kombinasi Barang
|
Pakaian
|
Buku
|
A
B
C
D
E
|
20
10
8
5
4
|
4
8
10
16
20
|
Jika digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.
Kurva 2. Kurva Indiferen. |
Tabel 2. dan Kurva 2. merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan
yang tak terhitung banyaknya. Pembuatan tabel dan kurva semacam ini
dapat diulang sebanyak yang diperlukan. Misalnya, Anda dapat membuat
tabel dan kurva yang menggambarkan kombinasi barang yang memberikan
tingkat utilitas yang lebih besar kepada konsumen. Dalam hal ini,
asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang
lebih tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang.
Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke
kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol.
Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin
tinggi tingkat utilitas yang diberikan oleh kombinasi kedua barang.
Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan peta indiferen
(indifference map).
Sebagai contoh, Kurva 3. memperlihatkan kurva indiferen yang dikembangkan dari Kurva 2.2, yaitu sebagai berikut.
Kurva 3. Peta Indiferen. |
Jadi, kurva IC2 menggambarkan tingkat utilitas yang lebih tinggi dibandingkan kurva IC1, kurva IC3 lebih tinggi dibandingkan kurva IC2, dan seterusnya.
2.2. Garis Anggaran (Budget Line)
Konsumen yang memiliki pendapatan tetap dalam membelanjakan uangnya
dihadapkan pada berbagai pilihan barang. Misalnya, Anda memiliki
pendapatan tetap sebagai pelajar seperti kiriman uang dari orangtua Anda
sebesar Rp500.000,00 dan uang tersebut Anda belikan pakaian dan buku
pelajaran. Adapun harga pakaian adalah Rp20.000,00 per unit dan harga
buku adalah Rp25.000,00 per unit. Anda akan menghabiskan uang yang ada
untuk membeli pakaian dan buku. Anda dapat membelanjakan uang tersebut
untuk membeli berbagai alternatif kombinasi pakaian dan buku. Jika
seluruh uang yang ada dibelanjakan untuk membeli pakaian, Anda dapat
membeli 25 potong pakaian.
Adapun jika digunakan untuk membeli buku, Anda dapat membeli 20 buku.
Beberapa kemungkinan dari kombinasi pakaian dan buku tersebut terlihat
pada Tabel 3. berikut.
Tabel 3. Alternatif Kombinasi Pakaian dan Buku
Pakaian
|
Buku
|
25
20
15
10
5
0
|
0
4
8
12
16
20
|
Berdasarkan Tabel 3, dapat digambarkan kurva garis anggaran yang
berbentuk garis lurus. Kurva garis anggaran menunjukkan seluruh
kombinasi dari kedua barang yang mungkin terjadi, sehingga seluruh
pendapatan konsumen habis dibelanjakan. Dengan demikian, garis anggaran
menggambarkan semua kombinasi barang-barang yang tersedia bagi rumah
tangga pada penghasilan atau pendapatan tertentu dan pada harga
barang-barang yang dibelinya.
Kurva 4. Garis Anggaran. |
Jika dilihat perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan
menjadi dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional dan perilaku
konsumen tidak rasional.
a) Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:
- barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;
- barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;
- mutu barang terjamin;
- harga sesuai dengan kemampuan konsumen.
b) Perilaku Konsumen tidak Rasional
Suatu perilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika
konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegu naannya terlebih
dahulu. Contohnya, yaitu:
- tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik;
- memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen;
- ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon;
- prestise atau gengsi.
3. Keseimbangan Konsumen
Untuk mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya di
antara dua produk, perlu digabungkan pengertian tentang apa yang ingin
diperbuat dan apa yang dapat diperbuat oleh konsumen. Ini dilakukan
dengan menggabungkan peta indiferen dan kurva garis anggaran konsumen.
Penggabungan peta indiferen dan kurva garis anggaran konsumen tampak
pada Kurva 5. berikut.
Kurva 5. Keseimbangan Konsumen |
Berdasarkan Kurva 5, dalam garis anggaran dapat diletakkan AB di atas
peta indiferen konsumen. Perhatikan. Posisi di kanan atas garis AB
menunjukkan kombinasi barang yang tidak dapat dibeli dengan anggaran
yang dimiliki. Adapun posisi di kiri bawah garis AB menggambarkan
kombinasi barang yang harga belinya lebih rendah dari pendapatan
sehingga tidak masuk hitungan karena diasumsikan bahwa Anda akan
membelanjakan seluruh pendapatan sebesar Rp500.000,00. Jadi posisi
manakah yang akan Anda pilih?
Oleh karena Anda ingin memaksimumkan utilitas, Anda ingin mencapai kurva
indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Dengan mengamati Kurva 5, Anda
akan mencapai utilitas maksimum pada saat garis anggaran menyinggung
kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Keadaan ini disebut dengan
keseimbangan konsumen. Dari Kurva 5, kombinasi barang yang paling
disukai dan dapat dicapai dengan anggaran yang ada terletak pada titik
E. Pada titik E tersebut, Anda akan mencapai utilitas maksimum dengan
anggaran terbatas. Artinya, Anda dalam mencapai utilitas maksimum
dibatasi oleh tingkat pendapatan Anda. Keterbatasan di sini merupakan
satu kenyataan bahwa seseorang tidak akan dapat mengkonsumsi barang yang
nilainya melebihi pendapatannya.
Referensi :
Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2009. Mengasah Kemampuan Ekonomi 1 :
Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta. p. 170.
0 komentar:
Post a Comment