Feeds RSS

30.6.10

ulang tahun


Assalamualaikum. Wr. Wb.
Ulang tahun dimata islam seperti apa sih? Apa yang mestinya kita lakukan ataupun sampaikan thdp orang yg berulang tahun.. doa apa yg sepantasnya diucapkan? Apakah ada riwayatnya di zaman Rosulullah yg berhubungan dgn ulang tahun?

Perayaan "Ulang Tahun", mungkin yang anda maksud perayaan Hari (Tanggal) Kelahiran ya?
Mari kita telaah:
1. Dari mana asalnya?
Biasanya ini diiringi dengan acara tiup lilin, sambil menyanyi "Panjang umurnya ... dst" lalu memotong kue, dst.
Bukankah ini adalah adat/ kebiasaan orang non muslim (Yahudi & Nashoro)?
Rosululloh saw bersabda,"Man tasyabbaha bi qoumin fa huwa min hum (Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka)" (HR Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Abdulloh bin Umar ra. Dishohihkan oleh Al Albani dalam Shohih Al Jami' no 6025) Alloh swt berfirman, yang artinya,"Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh itu teladan yang baik bagi kalian ..." (Al Ahzab 21). Juga,"Dan ikutilah dia (Muhammad), agar kalian mendapat petunjuk" (Al A'rof 158).
Sebaliknya (artinya),"Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah menguasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam..." (An Nisa 115)

2. Doa apa yang mesti diucapkan? Apa ada riwayat di zaman Rosululloh saw? Tidak ada.

3. Kalau kita sudah menganggap itu kebiasaan, maka seakan-akan jadi "harus (wajib)", bahkan saat kita hanya punya uang sedikitpun, tetap kita merayakannya (jangan-jangan sampai berutangpun kita lakukan). Kalau sudah begini, bukankah sangat memberatkan? Memang hal yang diada-adakan itu biasanya memberatkan, sedangkan Alloh swt menginginkan yang mudah untuk kita. Kalau kita perhatikan, tidak ada satupun perintah Alloh swt yang memaksa (dalam hal materi). Satu-satunya perintah Alloh swt yang "mahal" adalah berhaji ke Baitulloh, tapi inipun Alloh swt syaratkan "Bila mampu".

4. Disekeliling (lingkungan) kita, terkadang, menganggapnya "Sudah biasa", sehingga bila kita katakan bahwa itu "Tasyabbuh 'ala kuffar (Meniru-niru orang kafir)", mungkin kitalah yang dikatakan "Fanatik", "Garis keras", dsb.
Jadi (ini sekedar saran), kalau toh tidak kuasa menghindari acara tsb, paling tidak, janganlah kita membenarkannya (acara tsb) dengan hati. Rosululloh saw bersabda,"Man ro a minkum munkaron falyughoyyirhu bi yadihi, fa illam yastathi' fa bi lisaanihi, fa illam yastathi' fa bi qolbihi wa dzalika adh'aful iimaan (Barangsiapa melihat satu kemungkaran, hendaknya
mencegah dengan tangannya. Kalau tidak mampu, hendaknya mencegah dengan lisannya. Kalau tidak mampu juga, hendaknya mencegah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman)" (HSR Muslim)

Wallohu a'lam

0 komentar:

Post a Comment